Saturday, February 14, 2009

Tamasya pertama di Gorontalo

Tiba-tiba saja ponsel dini berbunyi, sms dari Sofie. “Ka, insyaAllah kalau ada waktu sebentar, sore sekitar jam empat mau jalan-jalan bareng dengan teman-teman ka dini dan ka rina yang se kost, berenam kan?pengennya sih ajak semuanya, tapi gimana ya, mobilnya ndak muat. Gimana kakak mau?” sontak saja kami gembira. Sesungguhnya ini bukan pertanyaan tapi kejutan.
Sofie dan Eby memintaku dan teman-teman menunggu di kost. Lalu kami berangkat kearah kota, makin jauh lagi. Suasana saat itu tak panas seperti biasanya. Kemana kami? Pikir kami. Lambat laun kami menyadari bahwa tyjuan kami adalah kantor gubernur Gorontalo. Sungguh senang rasanya, telah banyak orang yang mengatakan pada kami bahwa di kantor gubernur sungguh indah, mereka juga bilang bahwa seluruh kota gorontalo terlihat dari kantor gubernur yang letaknya di atas bukit.
Jalan kami lalui, dengan melewati pelabuhan. Degup kagum, betapa indahnya gorontalo. Rasa panas tak lagi dirasa, yang terpikirkan hanya, bagaimana mengabadikan momen ini. Aliran sungai mematahkan letak kota dengan bukit. Menanjak terus keatas bukit, melewati gedung pengadilan tinggi, Sejuk. Entah sejuk karena udara luar atau sejuk karena Ac mobil. Intinya Indah, melebihi puncak di jawa barat.
Kami sampai pada ketinggian yang cukup tinggi, entah berapa ketinggian itu dari permukaan laut? Kurasa tak penting saat ini. Bangunan gedung baru, yang tampak indah, layaknya sebuah istana, bertajuk, kantor gubernur provinsi gorontalo. Kami masuki dengan degup kagum dan keceriaan yang tak terkira.
Segera kami turun dari oto, begitu orang gorontalo bilang untuk sebuah mobil. Tak lain, ambil gambar. Inilah persembahan gambar kami untuk kalian:
, ,,



, , 257, ,
Puas kami menikmati alam di sekitar kantor gubernur, berlari kami kedalam gedung, ingin melihat koleksi dalam gedung, sayang... jadwal berkunjung hanya untuk sabtu dan minggu saja, sementara sekarang hari jumat. Tak mengapa.

Kami lanjutkan perjalanan menuju, kantor DPRD gorontalo, untuk? Ambil gambar tentunya. Apa yang bisa kami bagi untuk mu? Andai saja gambar ini mampu menghilangkan rasa rindu.
,

Senja tiba, suara azan menderu, mengajak para umat nabi Muhammad menjalankan ibadah. Kami menuju masjid baiturrahim.



Setelah sholat, perut kami menagih fitrahnya. Kami makan siang disebrang masjid, rumah makan....apa yah..

Lalu perjalanan dilanjutkan menuju menara, limboto. Ramai ternyata di sepanjang jalan ini. Kata orang kalau belum naik menara ini, belum dianggap pernah ke gorontalo. Walau rasa takut dihati akan ketinggian, rasa ragu kaki mampu menapaki menara. Kami tak ingin dibilang, tak pernah ke gorontalo karena tak berani naik menara ini. Maka kamipun bertekad menaklukannya.Sungguh kami benar-benar kesana, inilah bukti kami pernah kesana sampai puncak, walau dengan kaki bergetar.

Gambar, ,, ,

,,

GORONTALO, tentang ku, teman-teman dan kehidupan baru kami

5 feb 2009, jam 08.00. melesat menuju bandara soekarno Hatta, untuk sebuah tempat yang bernama gorontalo. Untuk sebuah status yang bersandang, PNS, CPNS tepatnya, untuk sebuah harapan yang bertajuk, masadepan. Dengan pesawat yang akan lepas landas pada pukul 11 pagi. Memiliki keluarga besar tentu saja aku diantar dengan anggota keluar yang tidak sedikit. Orang tua, abangku: a iyus dan teteh, a emuh dan mbak wati, kakaku : te asri, te eni, ponakanku : Syifa, Hiro, Luthfi dan sasha. Selebihnya tak kunjung ikut karena urusan kerja dan sekolah, maklumlah ini hari kerja.
Aku melangkah dengan haru menuju pesawat yang akan membawaku terbang menjauhi Jakarta. Sesekali menoleh menikmati riangnya ke empat ponakanku bermain. Yang tak akan menjadi pandangan rutinitasku lagi.

Aku meghampiri ke lima temanku seperjuangan, yah seperjuangan kalau boleh dibilang begitu. Sebut mereka : Dini, Eni, Eno, Nanay dan Yani. Anak Jakarta yang ternyata punya darah Jawa semua. Jadilah kita anak Jawa, pulau Jawa.

Ini bukan yang pertama buatku menumpangi burung bermesin, namun ini yang pertama kali terbang setelah aku mengalami penerbangan buruk selepas dari Padang. Jantung berdegup kencang, tangan tak lepas buku doa, mulut tak berhenti melantunkan doa, TAKUT, itu kata yang tepat kurasa. Tapi SUBHANALLAH, rizki pertama perjuanganku, penerbangan yang sempurna, lembut.

Bandara Makasar.
Tempat transit sebelum ke Gorontalo

Sampai di Bandara Jalaludin, satu kata yang terucap, cantik.



Kata pertama yang terdengar saat itu? Bentor? Apa pula ini?
Seorang karyawan kantor bpom Gorontalo, mas Ali, menjemput kami dan membawa kami ke rumah kepala Balai, melewati kota, mungkin ini patung selamat datang.



Kami menginap sementara dirumah kepala Balai, Bapak Rahim, kami sapa beliau. Kami diterima baik disana, sampai-sampai tidak enak hati.



Pagi hari di gorontalo

Kami memutuskan untuk segera mencari tempat, walau ditempat pak Rahim sungguh nyaman, tapi hanya kami berenam yang tinggal disana, tak sampai hati dengan 9 teman-teman yang lain.
Akhirnya kami menemukan tempat kost yang cukup ideal, dengan prinsip, aman, banyak pendatang, ada ibu kost nya, murah (yang ini sulit mendapatkannya sobat), dekat dengan kota (rame). Inilah kost kami

Ada dilantai 2

Punya 6 kamar, kami ambil 3 kamar. Pembagian kamar dengan cara diundi. Aku kamar kedua dari kanan,: yani dengan dini, nanay dengan eni , sementara aku dengan eno. ini kamarku dan eno


sudut kamar

saatnya anak kost berangkat kerja



loh kok Cuma 5 orang yah? Kemana yang satunya?

Ini dia. Menuju alat transportasi gorontalo, bentor. Seperti yang kukatakan ini kata pertama kita di bandara beberapa hari yang lalu. Becak motor.

Becak motor tampak samping’

Tips naik bentor:
1.Adakan perjanjian dulu sebelum melaju bersama om bentor.
2.Tawar semurah-murahnya, karena mereka hitung bentor per orang, bukan per bentor. (dari tempat kost ke kantor, kita biasa 2000 per orang kalau 1 bentor ditumpangi 3 orang yah 6000)
3.jangan lupa bawa uang pas
4.om bentor biasanya suka berpura-pura tak tau jalan, untuk menambah ongkos perjalanan. Maka penumpang harus sok yakin gitu deh.
transportasi favorite lainnya, motor. Angkot? ga zaman, kalo pun ada hanya untuk antar provinsi. oops... guess who?/////////

Perjalanan menuju kantor, bukan perjalanan biasa. Perjalanan yang cukup berat pada awalnya, karena udara panas yang menyengat kulit, memicingkan pandangan mata, menerpa angin, namun mata tak ingin luput dari keindahan kota gorontalo. Lihat saja jalan menuju kekantor.

Kota gorontalo dikelilingi gunung, tak tau apa nama de pe gunung tuh. Kemanapun kau pergi, kanan-kiri, depan-belakang kan kau temukan gunung
,

Mubazir rasanya tak turun untuk sekedar menikmati hamparan lukisan sang Maha Agung, menikmati hembusan wangi padi, walau udara terik masih tetap menyengat bahkan masih di jam 8.

Rugi rasanya diri tak menjadi bagian dari keindahan nya itu.


Meneruskan melaju bersama om ben, menuju jl. Tinaloga,

“Stop, om...” sahut kami. masuklah bentor ke halaman kantor


Ini kantor kita, yang bertuliskan POS POM,



kantor lama,



kantor baru belum juga jadi, lihat banguan dengan atap berwarna merah, besar bukan?
lalu gambar 15
Disini angin kencang, terbawa aku dibuatnya.

ini panorama dari belakang kantor

kurasa, tak ada yang stress jika memiliki halaman kantor seperti ini di Jakarta, pandangan luas, namun panas... pandai-pandailah kau memandangnya.

Kami cpns ber-15, Mas`Ferdy, Agung, kami berenam, Yona, Lina, Lia, Dewi, Nia, Riska, Asira. Jika jam 8 kami datang, namun belum juga datang karyawan lama yang membawa kunci, ini lah yang kami kerjakan, menunggu di halaman belakang.

Semakin matahari meninggi makin banyak pula yang datang sehingga kapasitas halaman belakang jadi menyempit.

Syukurlah yang dinanti-nanti datang juga, akhirnya masuklah kami ke kantor kami. Mengambil posisi masing-masing. Agung, kami menyebutnya Pak Lurah, karena pecinta batik, mengambil posisi disamping keempat istrinya. Akur yah?

Masa-masa satu minggu masa transisi, datangnya cpns disertai dengan perginya pns pelatihan ke Jakarta, so kita jadi jaga gawang. Tanpa gambaran kerja, tanpa kegiatan yang terencana, dan tanpa instruktur kerja. Tercengang dengan sistem baru, “Enak kali jadi pns ini yah? Bisa pulang jam 3 dihari Jumat” lontar cpns dari Medan diiringi pecahan tawa.


Berhambur untuk hal yang terasa aneh dan langka, juga pada saat hujan turun di hari yang terang, dihiasi indahnya pelangi.

Mengamati hikmatnya sapi mengambil rezeki

Berhambur untuk keperluan yang belum selesai, mengurus KTP, membuka rekening, membunuh waktu dengan membaca, menikmati saat-saat luang, menelusuri jalan, mengingat-ingat tempat.


Senja datang mengantikan siang, membiarkan matahari beristirahat untuk hari esok. Walau tak sama seperti dirumah, jangan khawatir mom, aku tetap terlelap, menikmati hari, menikmati malam, meniti takdir yang Allah berikan padaku. Doakan aku agar bersabar dan pandai bersyukur.